Minggu, 31 Agustus 2008

PENDIDIKAN YANG BERBUDAYA INDONESIA


BAB I

Bapak pendidikan nasional sekaligus pendiri perguruan Tamansiswa, Ki Hajar Dewantara sejak sebelum kemerdekaan negara kesatuan Republik Indonesia telah melakukan terobosan baru dalam perjuangan berbangsa dan bernegara yang sebenarnya jauh dari apa yang seharusnya dilakukan oleh banyak orang pada umumnya pada saat itu, ialah menanamkan jiwa merdeka dan membangkitkan jiwa nasionalisme pada setiap warga bangsa. Oleh sebab itu, apapun yang dilakukan oleh suatu bangsa, termasuk di dalamnya upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan, hendaknyalah bermuara pada upaya menanamkan jiwa merdeka dan nasionalisme dalam berbangsa dan bernegara. Merupakan suatu hal yang mustahil, apabila kita berupaya merengkuh kemerdekaan yang hakiki, namun didalam diri kita tidak terdapat jiwa merdeka dan nasionalisme yang tinggi.

Ki Hajar Dewantara dengan Tamansiswanya telah menyerukan bangsa indonesia kembali kepada kepribadian nasionalnya. Supaya bangsa indonesia menempuh jalan kehidupan menurut garis hidupnya. Kembali kepada kepribadian nasionalnya berarti kembali kepada garis hidupnya, menurut kodrat alamnya. Dengan jalan nasional orang akan lebih cepat maju dari pada hanya menjadi peniru hidup orang asing yang melambatkan kemajuan itu. Dengan berani dan mau menerima alat dan teknik dari orang dan bangsa lain, dengan cara dan jiwa kepribadian sendiri, suatu bangsa akan lebih cepat maju.

Pendidikan sekolah merupakan salah satu upaya menanamkan jiwa merdeka dan nasionalisme tersebut, disamping pendidikan pendidikan keluarga dan pendidikan dalam lingkungan pergaulan. Untuk mampu menanamkan jiwa merdeka, maka aspek-aspek kemanusiaan peserta didik hendaknyalah digarap sedemikian rupa, sehingga pada akhirnya mencapai keserasian, keseimbangan dan keselarasan antara pengembangan aspek jasmani dan rohani, dimana dalam aspek rohani terkandung didalamnya kemampuan cipta, rasa dan karsa. Dengan demikian, maka intelektualisme akademik yang semata-mata memacu kemampuan kognitif adalah mengingkari tujuan terbentuknya jiwa merdeka.

BAB I

Dengan trilogi pendidikan yang menjadi prinsip dasar dalam pendidikan Tamansiswa yang berbunyi “ Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Dalam trilogi pendidikan, seorang guru harus mempunyai perilaku konsisten dan konsekuen, jujur , adil, bertanggung jawab, bersatunya kata dan perbuatan (menjadi teladan), bersedia berada paling depan pada saat menghadapi kesulitan dan berada paling belakang (menikmati paling akhir) ketika menghadapi kesenangan sehingga dapat memberi pengaruh baik kepada anak didiknya. Guru harus mampu membangkitkan motivasi (memberdayakan) sekaligus pandai “mengemong”,serta memberikan ketentraman lahir dan batin bagi anak didiknya.