kenaikan harga minyak membuat dilema. Tunduk pada konstitusi atau patuh pada dikte asing. Menyubsidi bangsa sendiri melalui harga BBM atau menyubsidi orang kaya di Washington dan domestik melalui imbal hasil obligasi yang tinggi. Belum lagi kalau kita pun menghitung pemerintah membeli kembali obligasi. Maka jelas lebih tinggi membayar bunga dan cicilan utang ketimbang membiayai subsidi energi dan nonenergi.
Di sini muncul persoalan, kepada siapa sebenarnya pemerintah berpihak...?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar