Minggu, 08 Juni 2008

KAWIN TANPA IKATAN NIKAH

KAWIN TANPA IKATAN NIKAH
Sebuah fenomena kehidupan untuk lari dari tanggung jawab
Oleh
M. AGUS SALIM
Kebebasan yang kebablasan telah menjadi boomerang bagi umat manusia, memang dalam setiap pikiran dan perasaan manusia yang selalu ingin merasakan kebebasan dan kebahagian dirinya akan sempurna bila ia jalani dengan orang yang dicintainya. Untuk itu, ia menempuh segala cara guna meraihnya dengan konsekuensi apapun dengan naluri romantisme dan rayuan gombal materialisme. Kondisi yang mengecewakan ini merupakan kesinambungan dari fenomena kehidupan sosial yang menyimpang.
Kota X sebagai pusat pertemuan antar manusia yang ingin menempuh pendidikan. Banyak mahasiswa yang menempuh pendidikan di daerah ini membuat para anak muda itu saling bertemu, dari pertemuan itu muncul berbagai aksi sosial baik yang mempunyai dampak positif dan juga sebaliknya. Banyak dari mereka yang berasal berbagai suku bangsa, berhasil untuk saling kenal dan menghargai satu sama lainnya.
Namun, disisi lain terjadi fenomena yang sangat mengecewakan. Terjadinya banyak praktek kumpul gebo dalam kost adalah sebuah fenomena yang sudah lumrah dikalangan mahasiswa. Ini semua terjadi karena kurangnya control diri dan adanya prinsip nafsi – nafsi (urusan privacy), jadi orang lain tidak boleh ada yang ikut campur "CUEK".
Kondisi yang mengecewakan ini terjadi karena masalah pergaulan hidup (sosial) dan masalah ekonomi. Manusia bisa berubah tergantung di mana mereka melakukan kontak sosial, jika lingkungan itu baik maka akan terbawa arus baik tapi juga sebaliknya. Fenomena sex in the kost sudah menjadi hal yang lumrah bagi mahasiswa. Disamping itu banyak juga mahasiswi yang menjajakan diri demi menyambung hidup di kota besar seperti kota X ini yang semuanya hal harus dengan uang, sementara kiriman dari orang tua masih harus menunggu awal bulan, ya mau tak mau harus banting stir dengan menjual diri pada para pria hidung belang.
Banyak mahasiswa yang menjadi ayam kampus memang harus diakui kebenarannya, karena umur mahasiswa 18-24 tahun merupakan usia matang untuk make love (kumpul kebo). Sebuah fakta kita melihat tempat yang menganut prinsip bebas masuk, bebas keluar tanpa ada control dari pemilik kost dan juga bisa dilihat di tempat remang – remang dan di pantai pada malam hari. Di tempat tersebut sangat rawan adanya kumpul kebo.
Kondisi yang mengecewakan ini adalah sebuah fenomena kehidupan untuk lari dari tanggung jawab, yang penting bagi mereka sama – sama merasa puas dan tidak merugikan orang lain. Karena jika ada ikatan pernikahan maka akan mengganggu kebebasannya dan harus ada tanggung jawab moral and materil. Bukankah kebebasan ini sudah menjadi boomerang bagi pelakunya, kalau begitu kebebasan ini dari jenis apa dan dari mana???

Tidak ada komentar: